Minggu, 22 November 2015

Turning 24

Selamat Ulang Tahun ya, Gadis Kuat. 

Hari ini penanda sudah 24tahun lamanya aku hidup di dunia. Aku merasa sudah tua.
Di ulang tahun ke 24 ini aku sendirian di kamar apartemen di Newark, Delaware. 

Aku tahu, di Indo sekarang jam 12 siang. Agak terbersit keinginan untuk ada yg mengucapkan selamat ulang tahun, dari dia yang mengisi hari2ku. Tapi kenapa menuntut lebih, lhawong tadi siang sudah ditelfon, dengan baiknya ia mengucapkan selamat hari lahir disertai doa yg indah. Aku beruntung disayangi pria sebaik dia.


Moon pie inilah yang menemani kesendirianku malam ini.
Hidup disini ada senang dan juga sedihnya. Sayangnya, aku tidak suka berbagi kedukaan.
Jadi, silakan mengira-ngira saja sedihnya kenapa, haha.

Minggu ini adalah Thanksgiving Break. Atau Fall Break. Kampus libur seminggu. Aku banyak tugas dan bacaan yang siap dibasmi. Terlebih lagi kadang galau menerpa, hati ini rasanya ingin sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan.

Sudahlah, kalian tak bisa paham rasa hati saya, saya adalah pemendam rahasia. Hahaha.

Now please give me a second, I want to make wishes.

Aku ingin keluargaku dimuliakan derajatnya, di depan Tuhan, dan di depan banyak orang.
Aku ingin hatiku lebih kuat, air mataku lebih mujarab sebagai obat.
Aku ingin lebih dekat kepada Rab semesta alam. Karena Dia lah tempat meminta.
Aku ingin jadi orang yang ikhlas. Yang tak banyak bicara pahala dan ganjaran.
Aku ingin bantu lebih banyak orang supaya menguatkan mereka.
Aku ingin hidup layak, sederhana dan bahagia.
Aku ingin umurku berkah.

Hatiku ini kadang rapuh, mudah trenyuuuh.
Air mata adalah penawar rasa sakit dan nyeri.
Dan aku pun ingin bahagia, di dekat orang-orang yang penuh kasih sayang.

Selamat Ulang Tahun, Gadis Kuat.
Semoga 23 November - 23 November mendatang dilingkupi kebahagiaan.
Jangan sombong, dan mumpung ini Thanksgiving, jangan pernah lupa bersyukur. Be thankful!


Hidup ini pantas disyukuri.
Bismillah, jalan kedepan. Gusti Allah mboten sare.



Selasa, 22 September 2015

Sebulan Hidup di Newark, Delaware

Newark DE, 22 September 2015

Saat ini pasti tanggal 8 Dzulhijjah. Karena besok jadwalnya puasa Arofah.
Sudah sebulan lebih saya hidup disini, tak disangka beberapa tantangan berat sudah mampu dihadapi.
Perlahan-lahan saya mulai terbiasa dengan rutinitas. Aktivitas utama saya adalah di Departemen Linguistik (Department of Linguistics and Cognitive Science).

Kegiatan saya yang paling utama adalah menjadi Javanese Native Speaker Consultant (konsultan penutur asli Bahasa Jawa). Saya bertugas di kelas Pak Peter Cole yaitu Discovering Human Language (untuk Undergraduate atau S1) sekaligus Field Method (untuk Graduate atau S2) tiap Senin sore jam 17.00 hingga jam 20.00. Mereka belajar bagaimana untuk memahami sistem bahasa asing yang sama sekali belum mereka ketahui sebelumnya, yakni Bahasa Jawa. Maka, peran saya disini adalah memberikan informasi mengenai hal-hal kebahasaan senatural mungkin seperti yang saya pakai sehari-hari selama ini. Dan hal-hal yang mereka tanyakan sifatnya terarah: tiga minggu awal yakni tentang Phonology (ilmu pelafalan atau tutur bahasa) hingga mereka mampu menemukan orthography dari lafal bahasa jawa yang ada, lalu selanjutnya Morphology (bentuk dan penulisan kata), serta Syntax (penyusunan kalimat) yang akhirnya membuat mereka belajar keseluruhan sistem yang diterapkan di Jawa Tengah khususnya Solo.

Kelas ini menarik dan menantang. Para mahasiswa menanyai saya tentang kata-kata yang mereka ingin tahu dalam Bahasa Jawa untuk mengungkap lafal-lafal yang ada, dan bahkan belajar ungkapan-ungkapan Jawa misal "apa ta" dari saya. Bahkan ada yang tanya bagaimana ngomong kasar dalam Bahasa Jawa. Ada-ada saja. Mereka juga kreatif dalam merangkai kata-kata jadi kalimat simpel misalnya 'aku tuku kathok' (saya beli celana) atau 'aku mangan lawang' (saya makan pintu). Haha.

Mereka juga butuh waktu lama untuk membedakan pengucapan 'e' yang ada berbagai model. Misal pada ungkapan "bebek wahing", dua kata ini memiliki bunyi e yang berbeda. Mereka meminta saya untuk mengulang-ulang pengucapan itu sampai mereka bisa merasakan perbedaannya. Saya merasakan betul bagaimana rasanya menjadi asisten pengajar yang mana di satu sisi harus membantu mereka dalam belajar, disisi lain juga harus membuat mereka aktif berpikir dan berkreativitas, bukan memberikan info yang terlalu banyak. Intuisi saya atau nurani saya juga sangat diperlukan dalam membimbing mereka menelaah info dari saya.


Kegiatan saya lainnya adalah ikut "mencicipi" kuliah di kelas bersama para mahasiswa lainnya. Saya ambil kuliah level Graduate atau S2. Pada semester ini saya memilih "Structure of English" dengan Prof. Gabriella Hermon dan "Meaning and Language Use" dengan Prof. Satoshi Tomioka. Mereka dosen yang hebat!

Terlebih karena selama ini saya banyak bersinggungan dengan Bahasa Inggris dan pengajaran Bahasa Inggris, Structure of English sangat sangat sangat penting bagi saya. Berbekal buku paket wajib Mary M. Clark dengan judul The Structure of English for Readers, Writers, and Teachers, di kelas ini, saya selalu duduk di bangku depan. Setiap Selasa, jam 17.00 - 20.00 saya bersemangat sekali dalam mengikuti kuliah Bu Gaby. Hebatnya, saya tidak pernah ngantuk saking asyiknya. Materi banyak, tugas banyak, bacaan banyak, namun saya menikmati kelas yang pesertanya kurang lebih 30 orang ini. Saya sampai ingin berbagi materi kuliahnya disini:

Pertemuan pertama sudah banyak materinya:
Kuliah Pertama INTRODUCTION
Saya belajar bagaimana sejarah persebaran penduduk dunia yang diyakini bahwa teori penduduk dunia berasal dari Afrika sangat kuat. Di kuliah ini juga saya baru tahu kalau Bahasa Inggris itu induknya dari Bahasa Jerman dan negara-negara di Eropa paling utara. Menarik!

Pertemuan kedua:
Pertemuan Kedua ENGLISH DIALECTS
Ini juga menarik, ternyata di Amerika, Bahasa Inggris punya berbagai gaya sesuai wilayahnya. Terutama AAE (Afro-American English) yang punya dialek sendiri, cenderung berbeda dengan Bahasa Inggris yang 'standar'. Yang lebih menarik disini, American English tidak punya badan standar bahasa! Berbeda sekali dengan British English yang punya standarisasi dan dikelola dengan sangat teratur. Amerika berbeda. Menariknya, hal ini tidak jadi masalah, karena yang terpenting dalam bahasa adalah bagaimana bisa jadi jembatan, alat komunikasi manusia. Terlebih lagi, language is changing! Akhirnya, American English yang versi standar, mengacu pada cara bertutur figur-figur pilihan yang merupakan orang terdidik (educated) yang pantas jadi model. Ilmuwan, tokoh-tokoh pendidikan, pembaca berita (namun sekarang nampaknya tidak bisa jadi panutan yang pas karena sekarang sangat banyak siaran berita yang ada. Sama dengan di Indonesia yang pada masa lalu misalnya hanya ada Dunia Dalam Berita di TVRI.) Silakan disimak lebih lanjut di materi jika berminat :)

Pertemuan ketiga:
Pertemuan Ketiga (klik disini) MORPHOLOGY
Ini sumber yang bagus untuk dosen Morphology :)

Pertemuan keempat:
Pertemuan Keempat (klik disini) PHONETICS
Ini belajar tentang pengucapan kata-kata dan bagaimana bunyi dihasilkan dari mulut dan anatominya yang rumit. Di materi ini sangat bagus sebagai sumber pembelajaran phonology. :)


Baiklah itu dulu ya share-nya. Saya harus tidur karena sudah larut malam. Saya besok ada janji dengan mahasiswa di kelas Field Method. Banyak yang nampaknya menunggu untuk saya kerjakan. Oh iya, saya lupa bercerita tentang kelas informal Bahasa Indonesia. Ada 20 peserta yang akan saya ajari Bahasa Indonesia. So challenging!

Demikian cerita saya. Sampai jumpa di postingan selanjutnya. 

Kamis, 27 Agustus 2015

OSPEK Mahasiswa S2 dan S3 di University of Delaware, USA 2015



Kamis, 27 Agustus 2015

OSPEK atau Orientasi Sosialisasi dan Pengenalan Kampus hendaknya memang bersifat menginformasi, membangun, dan mengarahkan. Ini yang saya rasakan saat saya mengikuti 2015 New Graduate Orientation dengan judul Get Connected di University of Delaware kemarin, 26 Agustus 2015.

OSPEK hari ini memang diperuntukkan mahasiswa baru pascasarjana yang full-time. Sebagai  pendatang baru, saya memang bukan mahasiswa fulltime (tidak heran kalau memang tidak dapat undangan), tapi saya masuk ke Clayton Hall tanpa disengaja. Jadi, saya peserta yang tak diundang. Begini ceritanya.

Sampai di Newark, mengenalkan diri saya pada kampus ini, saya sangat ingin ikut orientasi. Bagaimanapun, penting sekali untuk saya tahu tentang sistem pendidikan secara umum, keamanan di kampus, dan kehidupan mahasiswa. Namun, saya coba datang ke OISS (Office of International Students and Scholars) untuk mengurus SSN (Social Security Number) dan mencari koordinator untuk mahasiswa terdanai (namanya Mba Vina Titaley, orang Indonesia keturunan Ambon, asal dari Salatiga, sudah kerja disini 3 tahun lamanya) demi tahu info dari sana. Namun, Mba Vina sedang tidak ada di tempat.

Di Departemen, saya dikenalkan dengan Sundus oleh Bu Gaby.  Sundus penerima beasiswa master dari Fulbright dari Mesir. Wanita berhijab ini masih mencari apartemen untuk ia tinggali bersama anak dan ibunya. Selesai bertemu di sore hari sebelumnya, saya mengantarnya ke Book Store, toko perlengkapan sekolah internal kampus karena ia butuh agenda dan kalender. Kami banyak ngobrol dan ia mengajak saya ikut acara orientasi keesokan harinya jam 9 di Clayton Hall dan akan mengirimi email panitia untuk saya.

Dia sangat baik, hingga saya harus menghadap panitia esok harinya, dia masih membantu saya. Namun saya hanya melihatnya beberapa kali sampai acara usai.

Sistemnya, peserta ospek sudah registrasi online dan kemudian mendapat satu amplop ukuran A4 yang bertuliskan agenda, yaitu jam, acara, dan lokasi, juga deskripsi yang diperlukan. Lalu, para peserta yang sudah registrasi online akan mengantri untuk mengambil amplop bertuliskan nama dan jurusan mereka masing-masing. Untuk yang belum daftar online, bisa pesan amplop ke meja khusus panitia, dan ditanya mau makan siang sandwich beef (sapi) atau turkey (kalkun). Di dalam amplop, ada beberapa kertas yang penting digunakan untuk acara ini, meliputi:

1.     Surat dari Kantor Pascasarjana, mewakili panitia dan organisasi mahasiswa pascasarjana (kalau disini disebut Graduate Ambassadors) yang berisikan:
-        Gambaran acara ospek hari itu, apa yang dibahas di sesi pagi dan siang,
-        Info kupon untuk ambil paket makan siang,
-        Pemberitahuan tentang New Graduate Resources Fair (ada pameran semacam stand klub, pelayanan, maupun organisasi di kampus sebagai pusat aktivitas dan sosialisasi mahasiswa) di lobby gedung, dan info tentang tiket undian hadiah hadir yang disediakan oleh beberapa klub.
-        Dituliskan juga kapan hadiah akan diumumkan, yakni di lobby setelah sesi selesai sambil menikmati es krim gratis dari UDairy Creamy (nama tempat eskrim dijual di UD langsung dari susu sapi peternakannya sendiri)
2.       Kertas kedua ini berisi daftar organisasi dan alamat website-nya, juga nomor meja dalam pameran klub ini, di sisi kertas yang sebaliknya berisi denah tempat meja bernomor dan nama klub/organisasinya
3.       Tiga kupon undian atau doorprize, bercetak nomor undian dan form nama, alamat, nomor telepon di sebaliknya, beserta 3 bukti nomor undian yang harus disimpan seumpama nanti dipanggil maju kedepan.
4.       Kupon jatah paket makan siang

Agenda acara di hari itu:
1.       8:30 – 9:00           Registrasi
2.       9:00 – 11:00        Getting Connected to UD
       a.       Welcome
       b.      Policies and Student Conduct
       c.       Public Safety
       d.      Health Services
       e.      Parking and Transportation
       f.        Student Life
3.       11:00 – 11:15      Coffee Break
4.       11:15 – 12:00      Morning Session 1 : Your First Semester as Master Students and PhD Students (ruangan dipisah)
5.       12:00 – 13:00      Lunch and Resource Fair
6.       13:00 – 13:45      Afternoon Session 1 boleh memilih:
       a.  Beyond the Bookshelves tentang perpustakaan
       b. Healthy Body, Healthy Mind tentang kesehatan
7.       1:45 – 14:00        Break
8.       14:00 – 14:45       Afternoon Session 2 Get Connected : Building an Inclusive Campus
9.       14:45                     Ice Cream Social
Agendanya asyik ya? Hehe. Bagian yang saya sukai adalah ketika saya mengitari stand meja-meja yang bisa tanya-tanya sama yang jaga stand dan yang penting, diberi gift hehehehe, saya kumpulin banyak gift dari sana, banyak yang pulpen, pensil, flashdisk, cup, dompet kecil, folder, permen, coklat, dsb. Tentunya brosur dan leaflet juga sangat bermanfaat.

Foto menyusul ya...

Kamis, 13 Agustus 2015

Welcome to Newark, Delaware!



Selamat datang di Newark, Delaware.

Negara bagian Amerika Serikat yang tergolong kecil. Dua hari yang lalu, Hari Rabu, 12 Agustus 2015, aku datang kemari dari Bandara Internasional Philadelphia, Pennsylvania. Setelah beres klaim bagasi, aku langsung ke meja informasi transportasi darat dan menelepon shuttle (angkutan untuk jemput) yang sudah dipesankan untukku. Aku diberi nomor antrean. Setelah aku mengikuti instruksi wanita berkulit gelap yang duduk di belakang meja besar itu, aku menelepon ke perusahaan shuttle itu untuk konfirmasi kedatangan, kemudian dipersilakan menunggu.

Phili, atau Philadelphia,  adalah kota besar yang paling dekat dengan Newark. Bandaranya bisa terbilang sederhana dan nampaknya tidak begitu sibuk. Aku duduk di kursi tunggu bersama seorang lelaki berkulit gelap yang sepertinya juga tengah menunggu.

Beberapa saat kemudian chaffeur (sopir) shuttle datang, aku langsung tanggap menyambut kedatangannya. Pria kulit gelap (lagi) seperti seumuran ayahku menyapaku dengan sangat sopan. ‘My name is Howard, and I will be your driver today, Miss. How can I say your name, please?’ dengan senyum kujawab ‘It’s Anisa.’ Lalu ia mengulang namaku lalu berkata ‘beautiful name...’ ujarnya sembari membawakan koperku. 

Ternyata ada dua orang yang sudah menunggu di dalam van putih yang terparkir di tepi seberang jalan, dua lelaki muda, seorang diantaranya orang Amerika, yang satu lagi dari Hongkong. Perjalanan ke Newark dimulai setelah Howard mencatat identitas penumpang yang ia bawa bersamanya. Kurang lebih selama 30 menit, Howard dan seorang Amerika itu terlibat percakapan yang aku sudah malas mendengarkan lebih seksama. Jam 11.00. Aku lelah, lapar, belum sempat makan.
Setelah seorang Amerika turun, kami mulai bercakap. Begitu tahu aku dari Indonesia, Howard bilang baru kali ini punya penumpang orang Indonesia. Kami bercakap tentang kota Newark yang sepi, kejahatan atau kriminalitas, sampai tentang belanja. Ia menunjukkan padaku dan orang Hongkong yang duduk di jok belakang orang-orang yang sedang bergerombol di sebuah sudut jalan. Ternyata mereka tidak punya rumah, mereka menunggu charity, mereka mau melakukan apapun untuk uang. Padahal ini kota kecil, ternyata masih saja ada yang semacam ini.

Akhirnya sampailah aku di apartment, aku harus mengurus dokumen dan membayar sewa sampai akhir Bulan Agustus. Bukan hal yang mudah, aku lelah dari perjalanan jauh, belum makan, perut mual, dan harus urus dokumen, ditambah lagi mereka tidak terima pembayaran tunai. Aku harus ke Seven Eleven terdekat untuk money order, agar uangnya bisa dijadikan cek. Dan ternyata jalannya jauh, panas pula. Sampai disana aku beli keripik kentang family size dua bungkus, total seharga $6.
Aku kembali ke kantor Studio Green, itu nama apartmennya. Beberapa saat kemudian aku diantar masuk kamar. Ingin istirahat namun ternyata internet tidak bisa terhubung. Bingungnya aku, sampai akhirnya aku memutuskan untuk ke kantor Studio Green untuk main internet, menggunakan fasilitas mereka, tentu aku butuh mengabarkan keadaanku yang sudah sampai dengan selamat pada mereka yang menantikan kabarku.

Bu Veni, mahasiswa Indonesia S3 (Ph.D) jurusan Linguistik yang kuhubungi beberapa saat lalu, akhirnya datang bersama temannya, Joo Yung, membantu banyak hal. Mereka bawakan aku peralatan dapur dan kasur tiup, aku sangat terharu. Mereka baik sekali. Mereka lalu mengajakku makan di restoran Pinang, menjual makanan Asia. Aku pesan  semacam mie ramen yang tidak ada daging babinya. Rasanya enak, kayak mie ayam di Indonesia. Karena porsinya besar, aku tidak bisa habiskan makanannya. $10 untuk semangkuk besar mie yang worth try rasanya tidak jadi masalah.

Sesaat kemudian aku diajak mereka ke Superfresh, belanja air mineral, buah, dan lainnya, sebelum kemudian ke apartmen mereka untuk mengambil kabel dan router, untuk membantu menyelesaikan masalah internetku. Problem solved. Internetnya bisa nyambung berkat kreasi Joo Yung.

Alhamdulillah, semoga Allah selalu menunjukkan jalan di setiap kesulitan.

Selasa, 31 Maret 2015

`Hello World!
This is starting to be the fourth month I have been working as a staff and guide in a Museum, Museum Batik Danar Hadi Solo. At many times I feel my job can revive me a lot. I met many various people. My job is to acknowledge visitors about Batik and its development in Indonesia, as well as educate them about Batik process. This museum stored 1.038 pieces of batik out of 10.000 pieces of batik collected privately by Mr. Santosa Doellah, the founder of Danar Hadi brand and corporation, the legendary brand of Batik in Indonesia, from the city of batik: Solo.

Yesterday, I brought two bules (foreigners) from Spain looking around the collection. On the guestbook it is written Mercedes Perez. These rather-old couple really enjoyed the tour, the woman carefully examined every piece of batik she was interested in. The man asked about the significance of butterflies in batik pattern, and I replied: happiness is it. Back then, he told me that that he is a butterfly catcher. He loves butterflies, and whenever he visits a country, he comes to mountain, waterfalls, parks, places in which he can find butterflies in order to catch it. Interesting. He brings a package of catching butterflies stuff. After the butterflies died, then he will place it in a can to bring it back to Spain. I was curious how it could pass security inspection, I asked. He said if it is to USA, then he could not pass it. But to Spain, they passed! In their home, he strings the butterflies in a specific place, there are many butterflies with spread wings moving like flying when wind blows. He enjoys it and felt like he made a butterflies museum ^^

The second tour I led is for nine college students from Spain, some of them taking major of Dentistry, Physical Therapy. They were very very friendly. The fact is they have waited about twenty minutes to enter the museum due to we are lack of guide. But they listened quite carefully to my every explanation and kept smiling sweetly. They were in Jakarta to attend a friend's wedding party.

The last one I was with a nearly 40 years old woman named Indri. She is from Bali. A friend recommend this museum to her, raising her curiosity. I brought her through twelve rooms inside the museum. We had an interesting conversation about batik, industry, foreigners preference, and many others. She has opened my mind that young people MUST work harder, think out of the box, for Indonesia. Been in some European countries back then, like Italy, she realized that young people have to see the larger scope of the world. Not just trapped in the culture that just made them retarded.

So far I love my job. But I believe this is not forever. I have to break a leg for more and more opportunities to enhance my wellness and for a better personality!